Emisi mobil listrik bukan berasal dari proses pembuatan saja, emisi untuk memenuhi kebutuhan kendaraan listrik lebih tinggi setelah keluar dari jalur produksi. Emisi tertinggi adalah saat pengecasan baterai. Menurut Paltsev, besaran emisi tergantung dari lokasi mobil listrik berada dan energi apa yang digunakan untuk menghasilkan listrik.
Skenario terbaik seperti yang terjadi di Norwegia, pasar kendaraan listrik terbesar. Negara tersebut menghasilkan energi listrik dari hydropower. Lain halnya dengan negara yang menghasilkan energi listrik dari pembakaran batu bara, hanya saja emisi kendaraan listrik jadinya seimbang atau sedikit lebih baik dibanding mobil bensin.
Emisi Mobil Bukan Sekedar Gas Buang Saja
Polusi yang dihasilkan oleh mobil konvensional sebenarnya bukan berasal dari gas buang saja. Menurut laman www.transportenvironment.org, mobil konvensional mengandalkan rem cakram untuk mengurangi laju kendaraan.
Proses pengereman tersebut menghasilkan polusi dari sisa-sisa pengereman. Sedangkan mobil listrik memiliki fitur regenerative braking yang memanfaatkan motor elektrik untuk mengurangi laju kendaraan, sehingga mengurangi ketergantungan pada rem cakram dan meminimalisir polusi.
Regenerative braking merupakan proses mengubah energi laju menjadi listrik lalu disimpan kembali ke baterai. Selain itu, regenerative braking bisa sedikit menambah jarak tempuh mobil listrik.
Di Indonesia, beberapa mobil listrik yang dijual sudah memiliki mode berkendara satu pedal. Sehingga mobil bisa berhenti seutuhnya memanfaatkan regenerative braking tanpa menginjak pedal rem.
Leave a Reply