Dalam cerita lain, cucu Mbah Kholil mengatakan bahwa saat kakeknya masih hidup pernah didatangi oleh Bung Karno. Maksud kedatangan Bung Karno untuk meminta doa ke Mbah Kholil agar orangtuanya diberi kesehatan setelah sakit yang cukup lama.
Saat itu belum ada jembatan Suramadu, sehingga harus menaiki kapal untuk menyeberang Selat Madura. Sesampainya, Bung Karno mengutarakan maksud dan tujuannya.
“Mbah Kholil akhirnya ambilkan sebotol air, dibacakan doa. Lalu Bung Karno disuruh membawanya dan disuruh membuangkan air itu di tengah-tengah perjalannya melewati lautan,” kata Kiai Zubair yang juga Pengasuh Pesantren Nurul Kholil, dikutip dari merdeka.com.
Bung Karno menuruti perintah Mbah Kholil, membuang airnya yang diperkirakan saat itu jam dua siang. Setibanya di rumah, orangtua Bung Karno telah meninggal.
“Dan beliau diberitahu juga, kalau orang tuanya meninggal jam dua. Berarti, tepat saat Bung Karno membuang air ke laut itu,” tuturnya.
Dari kisah tersebut dapat diketahui bahwa seorang Soekarno memiliki hubungan yang baik dengan para ulama. Sinergitas itu bukan hanya kepada Mbah Kholil saja, tapi juga dengan banyak tokoh-tokoh kiai lainnya. Termasuk juga adalah Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari, KH. Mahrus Ali, dan KH Abdul Wahab Hasbullah.
Leave a Reply