Liputan6.com, Jakarta Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) diprediksi masih akan menaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) beberapa kali lagi pada 2023. Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tak gentar akan tantangan tersebut.
Perry mengatakan, Bank Indonesia tetap akan menjalankan bauran kebijakan untuk menjaga geliat ekonomi nasional di tengah situasi tak menentu saat ini.
Terlebih, semua negara berkembang disebutnya kini tengah menghadapi trilema kebijakan ekonomi, berupa stabilitas nilai tukar mata uang, inflasi, hingga pertumbuhan ekonomi.
Menurut dia, Negeri Paman Sam dan beberapa negara yang ekonominya hanya tergantung pada kebijakan suku bunga acuan tidak mampu menyelesaikan masalah.
“Tentu Amerika Serikat kesulitan menghadapi inflasi dengan satu kebijakan suku bunga, memakan waktu sangat lama, dan sekarang resesi,” ujar Perry di acara Asean Fest 2023 di JCC, Jakarta, Selasa (22/8/2023).
“Eropa inflasi sangat tinggi, FFR katanya akan berakhir, tapi akan ada kenaikan satu atau dua kali lagi. Kenapa? Karena hanya menggunakan satu instrumen untuk menyelesaikan masalah. Tidak bisa,” tegasnya.
Kata Perry, negara perlu menghadapi dampak limpahan atau spillover effect global. Lalu, negara juga perlu menjaga stabilitas keuangan, tapi juga harus mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Bagaimana? Gunakan kebijakan moneter, tidak hanya menggunakan suku bunga, tapi juga kebijakan nilai tukar, dan kebijkan pasar keuangan,” ungkap dia.
“Kita tidak peduli dengan pernyataan IMF. Apa yang kita lakukan, kami tahu Anda lebih pintar, tapi kami lebih berpengalaman. Tapi kita juga menggunakan kebijakan moneter makroprudensial dan fiskal,” paparnya.
Sehingga negara tidak hanya berfokus pada framework pengendalian inflasi, namun juga melengkapinya dengan kebijakan stabilitas nilai tukar. “Dalam beberapa aspek kita perlu capital outflow, tapi Indonesia meminimalisir hal tersebut,” pungkasnya.
Leave a Reply