Menangis itu perlu karena Rasulullah SAW telah menganjurkan kita menangis di banyak tempat, sebagaimana dikutip dari laman NU Online:
1. Pada saat membaca Al-Qur’an. Beliau bersabda: “Bacalah Al Qur’an dan menangislah. Jika engkau tidak menangis maka berpura-puralah menangis” (HR Tirmidzi).
2. Pada saat takut kepada kehadiran Allah. Karena tangis kita di sini akan memberi keselamatan. Rasulullah bersabda: “Tidak masuk neraka seorang laki-laki yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali ke dalam kelenjarnya dan tidaklah berkumpul debu jalan Allah dan asap neraka jahanam” (HR Tirmidzi).
3. Pada saat menyebut nama-Nya dan menyendiri bersama-Nya. Seperti ketika berdoa kepada Allah. Sebab bahwa salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan Allah kelak pada hari kiamat adalah orang yang menyebut Allah dalam kesendirian, lalu kedua matanya berlinang air mata (muttafaqun alaih).
4. Saat mendengarkan nasehat-nasehat keimanan. Rasulullah SAW bersabda: “Menasehati hati kami dengan sebuah nasehat yang membuat mata kami berderai dan hati kami bergetar.”
5. Ketika berada di waktu sore, setelah melampaui perjalanan hari dengan segala macam jenis amal dan aktivitas. Seperti Dhahhak bin Mazahim yang selalu menangis jika telah berada di waktu sore. Saat ditanya, “Apa yg membuatmu menangis? Ia menjawab “Aku tidak tahu manakah diantara anakku yang terangkat (ke langit) hari ini.”
6. Saat tertinggal melakukan sebuah amal yang utama. Sebagaimana Sa’ad bin Abdul Aziz yang selalu menangis dikala ketinggalan shalat berjamaah.
Jadi mana mungkin berdoa memanjatkan permohonan kepada Allah SWT di saat sedih dengan penuh rasa bahagia dan senang hati? Kecuali tatkala seseorang berdoa dan dalam doanya sangat amat bersyukur atas semua karunia yang diberikan oleh-Nya.
Misalnya, mungkin setelah mendapatkan kabar gembira. Dia langsung berdoa dengan penuh rasa bahagia dan syukur. Hal boleh saja dilakukan dan bukan merupakan suatu permasalahan.
Leave a Reply