Liputan6.com, Jakarta – Pada akhir tahun 2015, seorang pria tua bernama George Jerjian merasa buntu. Setelah mengalami pengalaman nyaris mati, ia harus berhenti bekerja dan pensiun dini untuk memprioritaskan kesehatannya.
Kesehatan membaik, tetapi sisa hidupnya tidak. George merasa bosan dan tidak memiliki tujuan di masa pensiun, dan hubungan saya pun terganggu. Ia mulai bertanya-tanya, “Apakah hanya ini yang ada?”
Untuk mencari jawaban, ia mendaftar untuk retret hening selama 30 hari di St Beuno’s, bekas seminari Yesuit di North Wales yang sekarang menjadi pusat retret spiritual.
Pada awalnya, menghabiskan 30 hari dalam keheningan lebih sulit dari yang George kira. Namun, akhirnya ia dapat bermeditasi tentang bagaimana menjalani hidup yang bahagia dan bebas dari penyesalan. Berikut adalah empat pelajaran yang ia bawa pulang, melansir CNBC:
1. Hanya Berfokus Pada Hasil Akan Membuat Anda Sengsara
Sebelum retret, George adalah seorang yang gila kontrol. Gagasan untuk “melepaskan” di bagian mana pun dalam hidupnya adalah hal yang mustahil.
Tetapi selama latihan di St Bueno, ia diminta untuk berpikir tentang apa yang benar-benar dapat dikendalikan. George menyadari bahwa satu kejadian yang tidak terduga saja bisa membuat hidupnya kacau. Saya merenungkan berapa banyak waktu yang ia habiskan untuk mengkhawatirkan hasil yang tidak dapat saya prediksi atau kendalikan.
Sekarang, ketika ia menginginkan sesuatu yang baik terjadi, ia membayangkan bahwa hal tersebut telah terjadi dan merasa bersyukur karenanya. Pola pikir ini membantunya bergerak maju. Dengan berfokus pada mengambil langkah selanjutnya, George tidak lagi berfokus pada hasilnya.
Leave a Reply