Suatu waktu ketika ada Haul di Demangan, Nyai Romlah hanya menyiapkan tiga potong ketupat untuk dijadikan suguhan kepada para tamu, salah satu santri bernama Hafidz yang ikut membantu menyiapkan hidangan merasa ganjil dengan hidangan yang sedikit itu, padahal saat itu undangan yang datang kurang lebih seratus orang, Hafidz pun merasa panik, dalam pikirannya jelas hidangan yang hanya tiga potong itu tidak akan cukup.
Namun Hafidz tidak berani untuk bertanya dan mengusulkan untuk menambah ketupat yang akan dibuat soto ayam itu, dia hanya memutuskan untuk melakukan apapun yang akan diperintahkan oleh Nyai Romlah.
Waktu itu Nyai Romlah menyuruhnya untuk mengiris ketupat dan meletakkannya di piring, dengan cekatan Hafidz mengiris ketupat bersama Nyai Sumtin yang merupakan menantu Nyai Romlah dan Nyai Romlah pun juga ikut mengirisi ketupat.
Piring terus berganti piring, Hafidz terus mengiris ketupat tanpa henti, hingga pada akhirnya dia dibuat terperangah dan Takjub. Meski terus diiris, ketupat itu tidak kunjung habis. Sampai semua tamu undangan kebagian semua, ketupat masih ada sisanya.
Karomah Nyai Romlah ini mirip dengan karomahnya sang kakek yaitu Syaikhona Kholil, ketika beliau masih menuntut ilmu beliau pernah disuruh gurunya untuk menyiapkan gula Madura dan menyuruh santri yang lain untuk mengambilnya dikamar beliau, gula yang katanya sedikit itu tidak habis-habis meski berkali-kali diangkut oleh santri dari kamarnya. Wallahu alam.
Penulis: Nugroho Purbo
Leave a Reply